Sabtu, 22 Desember 2018

2018

Panjang nih.

Selamaaat untuk semuanya yang masih bertahan sampai tahun ini menuju akhirnya, dan terimakasih untuk tetap berusaha, ga peduli sebaik atau seburuk apapun tahun ini untuk kita semua!

2018 sendiri menganugerahkanku dengan hari-hari yang sangat menyenangkan di awal tahun, sedikit kejutan di bulan Maret, bencana di bulan Mei dan Juni, berkah dengan kerikil-kerikil di sepanjang jalan di bulan Juli dan sisa bulan setelahnya, dan juga keajaiban di bulan September.

Banyak banget pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman di tahun ini. Dan mungkin ada beberapa yang ngalamin hal-hal yang sama, but I'm sharing it anyway.

1. Menjadi pribadi yang percaya diri itu menyenangkan

Ada tweet orang yang intinya isinya gini: kita terlihat menarik saat kita sedang bahagia, bukan sebaliknya.
Betul se betul-betulnya. Saat kita nyaman sama diri sendiri, tau kemampuan diri, tau apa yang kita mau, gak mencoba bersikap seperti orang lain, orang akan lebih seneng ada di sekitar kita dan kita akan jadi orang yang lebih menyenangkan untuk dikenal. Orang bahagia cenderung lebih percaya diri, betul? Untuk pribadi-pribadi yang murung, mungkin saatnya kita membuka diri lagi.

Untuk yang kenal aku mungkin tau aku tidak se-percaya diri itu. Tapi di tahun ini aku baru sadar kalau kita senang, apa adanya, bisa mengendalikan pikiran yang baik, bersosialisasi jadi lebih menyenangkan. Hikmahnya, tahun ini aku akhirnya nemuin teman-teman yang satu frekuensi, yang tau pikiran aku larinya kemana, yang kritik, saran, dan kegiatan tukar menukar ide bisa masuk di otak, dan yang baiiikk banget. Ohya, hikmah lainnya ya ketemu Uta hehe. Selain itu juga memperbaiki pertemanan sama temen-temen lama yang kepisah karena kesibukan masing-masing. Intinya, we should not pretending.

2. Menjadi pribadi yang bodoamat itu juga menyenangkan

I know overthinking kills, jadi lebih baik kita memutuskan untuk mengesampingkan pikiran "what-if" dan perkara hati karena ini seringkali bikin rumit. Kalau ada yang komentar atau ada yang bilang hal-hal buruk tentang kamu, gak perlu dimasukin hati. Sesekali sikap bodoamat atau gak peduli ini penting, untuk kesehatan jiwa kita sendiri. Kalau kita mau pasti bisa kok, ga susah.

Di tahun ini sikap gak peduli ku ini mendadak tinggi banget, efeknya mungkin orang-orang jadi gemes kenapa ini orang di apa-apain tidak bergeming, tapi di sisi lain mungkin aku harus minta maaf untuk yang kena imbas negatifnya. Beberapa waktu lalu juga masih kelepasan emosi sendiri karena lupa untuk bersikap bodoamat. Tapi yaudah, kita coba seimbangkan lagi tahun depan.

3. Selalu ada hal positif dibalik apapun

Mau pengalaman baik atau buruk, pasti ada hal positif yang bisa diambil. Mau se sakit hati apapun, percaya deh gak lama kemudian akan diganti sama hal-hal yang lebih baik kalau kita ikhlas, gak overthinking, dan gak lupa untuk memaafkan orang lain dan yang terutama, diri sendiri. Oh iya, menyiapkan hati untuk kemungkinan terburuk juga penting, karena kita ga pernah tau apa yang akan terjadi nantinya. Tapi yang penting, kita percaya kalau hal positif itu selalu ada. Bersyukur dari hal-hal yang paling kecil. Ngeluh nya di kesampingin aja karena justru bikin boros energi.

Maybe this is a part of growing up. Sebagai contoh, aku tahun ini dikasih pelajaran yang bisa kujadikan standar dalam menjalani hidup kedepannya. Tidak kubiarkan masalah kali ini berlarut-larut seperti yang sudah-sudah. Aku percaya kalau aku ikhlas, nantinya akan jadi baik buatku sendiri. Fokus sama kesibukan sendiri seperti dengerin lagu sampe pusing, ketemu temen-temen dan orang baru, berkarya, iseng-iseng berhadiah cari kerjaan sampingan lain. Tau ga? Tiba-tiba aja NTV tahun ini berkembang banget (walaupun setelah itu semenjak ngebut skripsi dan kerja part-time malah jadi dianggurin), banyak tawaran bazaar, tiba-tiba ditawarin buat display barang di toko, dan tau-tau dapet kerjaan yang menyenangkan! Sempet takut pikiran dan kesibukan ini akan menghambat kelulusanku, eh ternyata juga engga. Mungkin kalo ngga ada kejadian ini, aku ga akan mendorong diri sejauh ini untuk jadi produktif dan cara aku melihat keadaan ga akan berkembang, ga akan berpikir positif. Masih banyak hal yang harus aku syukurin di tahun ini yang ga bisa disebutin satu-satu walaupun harus ngalamin hal-hal yang agak pahit dulu. I'm beyond blesseddd.

4. Forgive yourself

Kadang kita menyalahkan diri sendiri atas kejadian buruk yang menimpa baik diri kita sendiri maupun orang-orang terdekat kita. Saranku, jangan. Untuk introspeksi kedepannya boleh, tapi kalau cuma untuk sedih yang berlarut-larut, ga perlu deh. Lebih baik berdamai sama diri sendiri, janji sama diri sendiri untuk jadi lebih baik.

"Sometimes I tolerate people too much, I forgot my own rights."
Pernah update status begitu di twitter, dan kata-kata itu aku inget terus. Gamau dong kita yang diem diem aja aman tentram tapi diinjak-injak, akhirnya sadar kalau bersuara sedikit itu hak kita juga. Sampai pada suatu masa kata-kata itu berubah jadi "I know my rights too much, I forgot other people's right" daan ya keadaan terbalik lagi. Sebelum kita kena penyakit hati yang lebih buruk, maafin diri sendiri dulu.

5. Miracle does exist.

Untuk kita semua yang sedang berjuang, jangan lelah ya. Kalau kita yakin akan sesuatu, pasti akan ada jalan. Keberuntungan atau keajaiban inipun akan ngikutin kamu, entah darimana datengnya. Jangan lupa bersikap baik sama semua orang terutama orangtua, mungkin doa baiknya yang akan balik ke kalian.

Ooo I'm not that good, I know it. Tapi setidaknya poin-poin itu yang aku pelajarin. Kemarin target lulus bulan Agustus, ga kesampean, udah pasrah Januari 2019 aja lulusnya tapi tau-tau bisa lulus bulan Oktober kemarin. Tiga bulan ga ngerjain sama sekali karena jujur buntu, ketawa doang liat temen-temen pada sidang periode Juni. Pertengahan Agustus (mulai lagi) ngerjain halaman awal bab 4 di cafe kafir kapitalis bersama teman-teman perskripsianku. Suatu siang setelahnya gatau kapan waktu lagi ngeshift, tiba-tiba ditelfon teman seperbimbingan, dicariin dosbing katanya. Tapi ternyata inti pembicaraannya, aku diminta sidang periode itu, gelombang 2. Nangis ditempat dong walopun ngumpet-ngumpet, dan temen kerja bilang mukaku sudah seperti kepiting, tapi bahagia, tapi panik karena itu artinya harus nyelesain semuanya cuma dalam hitungan minggu. Tanggal 2 September masih upload foto sama temen-temen di akun sebelah dan captionnya "Kapan kita lulus?". Tapi yaudah si yakin yakin aja bisa, dan bener bisa! Akhirnya 21 September aku sidang. Hari-hari dimana bisa tidur cuma 2 jam ini justru hari-hari paling menyenangkan, dengan segala kesibukan masih bisa sempet main gamau istirahat, ditambah temen-temen yang suportif sekalii bikin hari-hari sibuk ini makin menyenangkan.

Jadi tahun ini aku ditunjukin dengan kenyataan bahwa keajaiban itu ada, kalau kita percaya. Atau mungkin doa orangtua yang ga ada hentinya di masa-masa itu. Atau mungkin doa orangtua itu sendiri adalah keajaibannya. Both can be right.

Untuk yang tahun 2018 nya buruk, semoga semua itu jadi bekal buat kalian agar tahun depan bisa jadi tahun kalian berbahagia dan meraih mimpi.
Untuk yang tahun 2018 nya menyenangkan, semoga tahun depan kalian ngga lengah dan tetap berusaha memberikan yang terbaik.
Untuk yang tahun 2018 nya seperti Roller-Coaster; you know what to do.

2019 is another year to conquer, right?

Selamat berlibur!

Kamis, 20 Desember 2018

Yaudah,

Udah mau tahun baru, lebih baik kita memperbaiki diri menjadi the best version of ourselves.

Lagipula, langit tidak perlu mengatakan bahwa dirinya tinggi, kan?

Senin, 17 Desember 2018

"Because No one Else Listened Exactly Like You"

I always think that listening, discovering new music is relieving.

I don't know when this habit started, but sure it was long time ago. There were years that I decided not to update on any new music, because that was painful. Sticking to some old-old music that even now, Im still listening to. Songs to call home.

This year, I have nothing to heal myself than music. Got me a heartbreaking moment in the early year and sure my social media or the other way which could harm myself is not the answer to run away. Im tired of being publicly sad. And that is, my friend, the end of an era. I channel my emotions to music. Not by producing it, but listening.

I'm stacking my heart-broken playlist since forever and first compiled it in 2017. Who would have thought I need this the next year? The next thing I could remember is making playlists became routines until I get sensitive to it. Anyone could make playlist, anyone could listen to same certain songs, but the mimicking title, details, theme/mood, link? Oh no.

I specifically listen to music while driving (this is the best cure tbh) to keep the unnecessary thoughts away, while doing my essay which sometimes I spent the first two hours just to find the right playlist to get my brain worked until I magically finished it on September, on the days I couldn't sleep and I would listen to two albums of Stefano Torossi but still ended up sleep at 4am (which became my top 2nd artist on SpotifyWrapped 2018), when I looked for inspiration on NATIVE or when I worked on it, when I worked at cafe because they have some good-good playlists and Im loving it but still prefer to listen on my own-picked songs on the opening shift, on a road trip with family and me as a passenger, and the rest is when I'm tired with the collapsing world.

I found some best quotes on Nikicio's recent instagram post:

"Have you ever communicated in music?
Have you ever sent someone a song before?
Has someone ever sent you a song before?
If you answered yes to any of these, then we're on the same page of a beautiful book, We've learned that humans also speak in another language: music"

"..and maybe, humans are music. The way they walk. Our movements. The way our heart beats. Sometimes in sync. Sometimes in the same rhythm. Sometimes chaotically. And sometimes, at war with the mind. It is only natural that music is one of our languages, too. Humans speak in music."

Or in my simpler statement, music can explain the unspoken things. Sometimes it express our emotions better, and it could shows who you are.

Minggu, 09 Desember 2018

Dad

I swear I saw a glimpse of smile when I told him I secretly signed up a part-time job as a barista back then. That kind of annoyed but proud. I felt very content. Back then in 2016 he tried a little hard to make me interest in this work field, and sure he did.

Sometimes the quality talk between us happened when we were sharing our playlist. I introduced Sufjan Stevens & Amy Winehouse during some road trips, and he suggested me Rob Stewart & Shirley Bassey in return. The rest is talking about coffee and so many do-it-yourself projects, either his or mine. Clearly the best way to spend time with him.

Some morning ago, when the sun shine and not a single cloud appeared in the sky, when I finally have my time to wake up early and didn't mind my own things, I caught my dad with his almost-full gray hair staring at the window, in a sullen silence. The feeling of we were so close at distance but I can do nothing to help. My heart immediately broke.

You know the saying, when you are busy growing up, your parents are busy growing old too.

Love them fully while we still have the chance.